Label

Kamis, 11 November 2021

Cara Agar Mudah Paham Belajar

 


Beberapa hari ini saya membongkar buku-buku yang sudah lama tersimpan di lemari. Ada buku paket yang tebal-tebal pelajaran matematika, fisika, biologi, sejarah, dan lain-lain. Ada juga lembar kerja tipis yang biasa kami sebut LKS. Buku catatan dan juga kitab-kitab lainnya. Dulu niatnya buku itu tidak usah dibuang setelah tamat sekolah karena mungkin masih bisa dibaca dan berguna di kemudian hari.

Ternyata setelah beberapa waktu hanya sedikit sekali yang dibaca, sisanya lebih banyak diam di lemari. Begitulah keadaan setelah bertambahnya usia, semakin banyak kesibukan dan harus bekerja. Sehingga waktu untuk menuntut ilmu tidak selapang semasa sekolah. 

Di antara pelajaran-pelajaran yang banyak itu ada yang masih segar dalam ingatan walaupun bukunya sudah bertahun tidak dibaca. Dan ada juga ilmu itu tertulis dengan rapi di catatan, namun di pikiran tidak ingat.

Nah apakah yang paling berguna?

Tentu saja ilmu yang lekat dalam hati, ada di ingatan, bisa dibawa ke mana-mana dan diamalkan. Adakah pelajaran yang masih kamu ingat sampai sekarang? 

Sangat menyedihkan catatan-catatan itu harus dibuang. Isinya ilmu. Namun kalau disimpan tidak banyak yang terbaca.  Timbullah penyesalan kenapa dulu tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas dengan baik. Sehingga ilmu masuk ke hati, tak sekedar catatan.

Ada beberapa hal tentang menuntut ilmu yang mudah dipahami

1. Belajar sewaktu belum baligh

Masa anak-anak atau sebelum baligh adalah masa menuntut ilmu yang sangat terang benderang. Hafalan al-Qur'an di masa ini mudah lengket dan ingatnya lama sampai dewasa atau tua. Dulu waktu kecil kamu hafal surah apa? Masih ingat dan lancar kan sampai sekarang. Begitu juga dengan ilmu-ilmu lainnya. Jika anak datang belajar dengan ikhlas dan mau memperhatikan gurunya, ilmu itu mudah sekali masuk dalam hati. Beruntunglah anak-anak yang banyak diajarkan ilmu oleh orang tua maupun gurunya.

2. Niat

Ternyata ada perbuatan baik yang tidak dapat pahala lho. Membantu orang kesusahan, menyapu rumah, mencuci piring, belajar agama tapi tidak berpahala. Kenapa? Karena pelakunya hanya mengerjakan itu sebagai kebiasaan, tapi tidak niat. Pergi sekolah cuma karena kebiasaan, orang sekolah kita sekolah.

Niat menuntut ilmu karena Allah, insya Allah paham dan dimudahkan untuk mempelajarinya.

Niat membaca buku untuk ujian, insya Allah bisa menjawab ujian. Setelah ujian ada kemungkinan lupa.

Niat menuntut ilmu untuk lomba, insya Allah bisa ikut lomba. Setelah itu entahlah.

Jadi jangan lupa niat sebelum beraktifitas termasuk menuntut ilmu. Niat karena Allah bukan yang lain. Ingat jangat lupa niat.

اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالنِّيَةِ وَ اِنَّمَا لِكُلِّ امْرِءٍمَا نَوَی

"Sesungguhnya setiap perbuatan itu diawali dengan niat dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan yang dia niatkan"

Hr. Muslim


3. Beradab

Penuntut ilmu harus beradab. Beradab terhadap ilmu maupun guru. Sepintar-pintarnya murid kalau tidak beradab, ilmunya tidak akan lengket. Nilai ujian boleh tinggi, setelah itu pelajaran lupa.

Perkara adab menuntut ilmu panjang pembahasannya. Bolehlah saudara baca buku-buku karangan ulama.

4. Cinta Ilmu

Sukai apa yang dipelajari. Ada murid yang ketika belajar jiwanya senang dan semangat. Ada pula yang ketika di kelas sering ngantuk dan bosan. Mungkin perbedaanya anatara cinta dan tidak.

5. Perhatikan Guru

Ini poin emas. Apa yang dibicarakan guru di depan kelas belum tentu akan kamu temukan di dalam buku. Saya sangat heran melihat teman yang bermain tablet sewaktu dosen menjelaskan materi. Padahal di luar sana belum tentu dia bisa mendapat pelajaran yang sangat berharga yang disampaikan dosen itu.

Saat guru menjelaskan pelajaran dengar dan perhatikan baik-baik. Ini salah satu cara agar ilmu mudah dipahami dan diingat sampai kapan-kapan pun meskipun catatanmu telah hilang.

Tentu akan sangat berbeda ilmu yang ketika di kelas kita langsung paham, dengan pelajaran yang harus dibaca berulang-ulang di rumah. Bagi saya pribadi lebih suka langsung paham dari penjelasan guru di kelas dan lebih lama diingatan, dibandingkan membaca sendiri.

Karena itu sangat disayangkan, sangat rugiiiiiii pelajar-pelajar yang ketika belajar dengan guru dia malah asik bercerita dengan teman, bermain hp, mencoret-coret buku, melamun, dan sebagainya. 

Adik saya yang di Sekolah Dasar bercerita bahwa ada temannya yang ketika belajar bermain hp. Sudah diingatkan oleh teman-temannya tapi dia tidak peduli. Menurut saya dia itu anak yang malang. Seandainya gurunya menjelaskan pelajaran matematika dasar tentang pembagian, dan dia luput dari menerima penjelasan guru, sampai dewasa dia tidak pandai menghitung pembagian gara-gara waktu belajar di sekolah banyak bermain. Bisa-bisa dia ditipu orang karena tidak pandai berhitung.

Jadi paham ya bagaimana sikap penuntut ilmu terhadap guru yang sedang mengajar.

6. Pelajari yang Bermanfaat

Nah pada kali ini saya berpikir kembali. Dulu berapa jam ya total kami duduk di bangku sekolah untuk belajar suatu pelajaran tertentu. Dan setelah tamat sekolah ilmu itu tidak terpakai. Coba jawab dalam hati, dulu pernah belajar kimia tentang molekul? Atau fisika tentang listrik? Setelah itu apakah ada dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari? Kalau tidak, berarti kita telah belajar tapi tidak bermanfaat.

Karena itu ada beberapa sekolah yang memilih sedikit pelajaran saja untuk diajarkan. Mungkin lebih efektif dan bisa diamalkan. Dibandingkan banyak judul pelajarn tapi tidak semua sanggup kita praktekkan. Karena ilmu dan waktu kelak akan dihisab. 

Saya pun mulai berpikir untuk hati-hati melihat resep makanan di internet. Membatasi hanya yang perlu saja. Karena takut tidak bisa megamalkan atau mempraktekkan ilmunya.

Kalu berdasarkan nafsu tentu kita ingin menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Namun ingat yaumul hisab, pelajari apa yang bermanfaat. Adapun ilmu agama, wajib dipelajari dan diamalkan.

Dari pertimbangan ini saya seleksi buku mana yang sepertinya tidak bermanfaat dan buku mana yang masih berguna.